Selasa, 02 Agustus 2011

CORETAN HATI KECIL

-->
(Berdasarkan kisah nyata Penulis belum lama ini)

Kumohon, sempatkan membaca tulisan ini sejenak saja.

Aku sudah menginjakkan kedua kakiku di sini, bandar lampung ini, sejak tahun 2004, dan itu berarti kurang lebih sudah 7 tahun lamanya aku berada disini, dalam suka dan duka. Namun, ini bukanlah cerita tentang diriku.

Al-Ma’had As-Salafi Ponpes Nurul Ummah adalah sebuah tempat dimana keceriaan dari para santrinya dari berbagai kalangan selalu menghiasi dari hari ke hari. Di tempat ini pula aku merasakan betapa nikmatnya hidup (dalam keprihatinan), mendapatkan ketenangan batin, melatihku berani untuk menghadapi ketakutanku selama ini (baik batin atau kehidupan), dan yang membuatku selalu rindu akan ayat-ayat Allah azza wa jalla yang tak pernah putus dilantunkan. Tempat ini adalah tempat dimana tidak ada perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin, bukan Mesjid, ini hanyalah sebuah Pondok Pesantren, dan inilah yang akan kuceritakan.

Ponpes Nurul Ummah, sebuah bangunan berlapis papan seadanya, tempat dimana aku menuntut islam yang sempurna, tempat dimana orang-orang soleh bekumpul, tempat dimana lantunan ayat suci Al-Qur’an tidak pernah putus, tempat dimana kita bisa selalu dekat dengan yang Maha Menciptakan, sebuah tempat yang dibangun pada tahun 2003 pertengahan, sebuah permulaan yang berasal dari sebuah bekas kandang kambing. Entah apakah pantas untuk disebut sebagai sebuah pondok pesantren...

Allah Maha Adil, Allah Maha Kaya, Allah berikan pertolongan pada hamba-NYA yang berjihad di jalan-NYA, dari sebuah kandang kambing, melalui tangan-tangan hamba-NYA, Allah bangun sebuah bangunan majelis untuk pondok kami ini, disebelah kandang kambing yang sekarang jadi pondok mukim santri.

Kemudian, seiring bertambahnya santri-santri yang meningkat tajam dari berbagai daerah, Allah memberikan kami sebuah tanah dan bangunan (SHM), melalui tangan-tangan hamba-NYA lagi, yang didapatkan dari sumbangan donatur sekitar ponpes dan bantuan pemerintah Lampung.


Saudaraku...

Bukan maksud hati ingin dipuji, bukan maksud lain memelas hati, dibalik sebuah kenikmatan disana ada ujian, dan dibalik sebuah kesulitan juga ada ujian, dan kali ini adalah sebuah kesulitan yang beruntun... semoga Allah SWT memberikan kami kesabaran.

Bila setiap hari yang kita dengar adalah lantunan ayat suci Al-Qur’an, tapi tidak dengan malam hari ini. Jeritan warga sekitar pondok pesantren mengundang warga lainnya untuk datang kesini. Ember demi ember air dari tangan warga ditumpahkan ke bangunan pondok mukim santri. Ya, salah satu bangunan pondok pesantren kami, pondok mukim santri tengah dilalap si jago merah.

Entah bagaimana ceritanya, kebakaran besar yang menghanguskan seluruh bagian bangunan ini hampir merenggut 3 nyawa anak (santri kalong), Allah azza wa jalla memang Maha Penyayang. Sedikitpun tidak ada goresan luka pada diri mereka, ya... mereka selamat, dan Allah yang menyelamatkan mereka. Banyak pihak yang mempertanyakan peihal kebakaran ini, karena tidak wajar (bukan unsur ketidaksengajaan: obat nyamuk, rokok, dll). Tapi, kami ikhlas, dan kami anggap ujian dari Allah SWT, meskipun aku tetap tidak puas dengan keputusan akhir ini.

Ujian belum selesai. Setelah lokasi dibersihkan dari puing-puing, paginya sejumlah orang datang bersama pemilik tanah untuk mengukur tanah yang kami tempati ini. Yahh, memang tanah yang kami tempati ini statusnya memang masih ‘menumpang’ dengan yang punya tanah. Yaa Allah... apakah secepat ini kami akan digusur?

Allah SWT Maha Penyayang, pemilik tanah yang baru tidak akan menggusurnya, alhamdulillah...

Tapi, bagi kami ini hanya kegembiraan sesaat. Pak Kiai memutuskan untuk membebaskan status tanah ini dengan cara membelinya dari pemilik yang baru, agar tidak terjadi kejadian yang serupa pada tanah yang kami tempati ini (dulu pernah akan dijual ke orang lain, ditakutkan akan terjadi penggusuran). Dan alhamdulillah, pemilik yang baru bersedia menjualnya pada kami dengan harga Rp.135.000,-/m2, Alhamdulillah...

Tapi ternyata belum usai. Iman kami kembali diuji, bangunan majelis ini, akan dibebaskan hanya sampai dengan akhir September 2011. entah apa yang akan terjadi pada kami nantinya...


Saudaraku...

Seseorang pernah berkata padaku: “2.5% yang diambil dari pendapatan bulanannya seorang muslim/muslimah, jika dikeluarkan dengan sebenar-benarnya menurut Islam, maka bukanlah tidak mungkin akan dapat meringankan beban ekonomi saudaranya yang dalam kesulitan. Tapi, sayangnya angka 2.5% itu sangatlah besar hingga ‘mereka’ yang mengaku seorang muslim itu enggan untuk menyisihkannya dari harta yang mereka dapatkan. Dan mereka adalah orang kaya di dunia, tapi miskin di akhirat. Padahal mereka tahu, bahwa harta yang disedekahkan (dengan ikhlas) itulah yang akan menyelamatkan mereka dari panasnya api neraka ”. Kemudian ia berkata lagi padaku: “Tahukah kamu, di alam kubur nanti, hanya 2 pertanyaan untukmu tentang harta yang kamu miliki, darimana kau dapatkan dan kau gunakan untuk apa”.

Seorang temanku berkata padaku: “Dengan menyedekahkan harta yang kamu miliki, kamu tidak akan jatuh miskin karenanya. Bahkan kamu akan lebih kaya. Ikhlasnya dirimu bersedekah diumpamakan dengan hadits riwayat bukhari sebagai berikut: Jika kita mau mendekati Allah sehasta, Allah akan mendekati kita sedepa. Jika kita mau mendekati Allah dengan berjalan, Allah mendekati kita dengan berlari dan jika kita mau mendekati Allah dengan berlari, Allah akan mendekati kita dengan berlari dan terus berlari.”

Dan kemudian temannya melanjutkan maksud dari hubungan sedekah dengan hadits tersebut, ia berkata: Jika Rp.500,- ini kusedekahkan dengan ikhlas di jalan Allah, menurutmu seberapa banyak yang akan kudapatkan nantinya dari Allah SWT? Jika Rp.100.000,- ini kusedekahkan, menurutmu brapa banyak balasan yang kan kuperoleh dari Allah SWT? Bro... Banknya Allah itu adalah sebesar-besarnya bunga deposito. Kalo di bank biasa uang kita hanya dapat bunga 10%, beda dengan bank nya Allah SWT yang memberikan bunga tak hingga, 200% kah, 500% kah, kujamin, kau takkan sanggup menghitung berapa nikmat (bunga deposit) yang akan kau terima nantinya.

Dan aku hanya bertanya pada Allah: “Apakah masih ada hamba-MU yang Kaya (agniyah) yang benar-benar ikhlas menyisihkan sebagian kecil hartanya di jalan-MU ini...???

 
Saudaraku....

Islam harus kaya, dan memang mesti jadi orang kaya, dan itu adalah cita-cita kami.
Sebenarnya kami malu untuk sering minta sumbangan pada beberapa orang di sekitar kami ini, namun apa daya, kami terpaksa.
Akhir September 2011, bukanlah waktu yang lama untuk membebaskan tanah yang kami tempati sekarang ini. Kesana kemari, kepala jadi kaki, kaki jadi kepala, kami berusaha untuk melengkapi target (pembebasan tanah), tapi sepertinya masih saja kekurangan. Tapi sampai saat tulisan ini dibuat, kami tidak putus asa. Selama hayat masih dikandung badan, selama Allah masih terus mengawasi kami, selama tangisan kami masih Allah dengar, kami tidak akan menyerah. Islam adalah jalan kami, hidup kami, dan mati kami.


Saudaraku....

Mungkin anda berfikir bahwa kami akan meminta sebagian kecil dari harta yang kau miliki sekarang ini, tapi tidak begitu. Melalui tulisan singkat ini, kami mohon bantuan do’anya agar Allah SWT memberikan jalan yang terbaik bagi kami, agar kami tetap kuat untuk menjalaninya. Biarpun akhir perjuangan ini hampa, dan datangnya dari Allah SWT, kami akan ikhlas menerimanya. Terbaik menurut kami, belum tentu terbaik menurut Allah SWT, tapi terbaik menurut-NYA pasti terbaik untuk kami.
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan hidayah-Nya, maghfirah-Nya, limpahan rizki-Nya, kebahagiaan dan kesehatan pada Saudaraku yang menyempatkan diri untuk sekedar membaca coretan hati kecilku ini.

Akhirul kalam, terima kasih, dan Wassalaamu’alaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, 2 Ramadhan 1432 H.
Penulis,




Aqso.