Senin, 23 Februari 2015

Jenis-Jenis Kegiatan Pendayagunaan Zakat



1.       Berbasis social
Penyaluran zakat jenis ini dilakukan dalam bentuk pemberian dana langsung berupa santunan sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan pokok mustahiq. Ini disebut juga program karitas (santunan) atau hibah konsumtif. Tujuan utama bentuk penyaluran ini antara lain :
a.       Untuk memenuhi keperluan pokok mustahiq
b.      Menjaga martabat dan kehormatan mustahiq dari meminta-minta
c.       Menyediakan wahana bagi mustahiq untuk memperoleh atau meningkatkan pendapatan
d.      Mencegah terjadinya eksploitasi terhadap mustahiq untuk kepentingan yang menyimpang.

Bentuk-bentuk kegiatan yang dapat dilakukan :
a.       Karitas (santunan) dana
·         Bantuan hidup
·         Bantuan sewa rumah
·         Bantuan pendidikan
·         Bantuan transportasi
·         Bantuan berobat
b.      Karitas non dana
·         Klinik atau rumah sakit gratis
·         Sekolah gratis
·         Rumah makan gratis
·         Rumah tinggal (sementara) gratis
c.       Sarana/fasilitas umum mustahiq
·         Pasar
·         Lapangan
·         Kuburan
·         Pemandian/MCK
d.      Pendampingan masyarakat
·         Pemberdayaan Da’i
·         Buruh dan TKI/Nakerwan
·         Petani dan nelayan
·         Pengamen dan anak jalanan

2.       Berbasis Pengembangan Ekonomi
Penyaluran zakat jenis ini dilakukan dalam bentuk pemberian modal usaha (asset bisnis) kepada mustahiq secara langsung maupun tidak langsung, yang pengelolaannya bisa melibatkan maupun tidak melibatkan mustahiq sasaran. Penyaluran dana zakat ini diarahkan pada usaha ekonomi produktif yang diharapkan hasilnya dapat mengangkat taraf kesejahteraan mustahiq.



Agar pelaksanaannya lebih berhasil guna maka jenis usaha yang akan diberikan modal dari dana zakat produktif ini harus diberikan criteria yang jelas, antara lain :
a.       Bottom-up
Jenis usaha merupakan usaha yang sudah ada atau yang sudah biasa dikerjakan oleh mustahiq sasaran.
b.      Sumberdaya local
Usaha yang dikembangkan sebaiknya sesuai dengan potensi sumber daya alam dan keadaan daerah tempatan, sehingga bahan baku tersedia secara kontinyu.
c.       Halalan thoyyiban
Jenis usaha yang dijalankan tidak menyimpang dari kaedah syariah (halal), misal: ternak babi, usaha perjudian, dsbnya. Dan juga barang yang diproduksi tidak mengandung bahan-bahan yang merusak kesehatan tubuh (thoyyib/baik).
d.      Ramah lingkungan
e.      Menguntungkan
Berkelanjutan.